Kreativitas Merambah Seluruh Anasir Kehidupan Manusia
Bayangkan? Pening-katan ini dibutuhkan program Spider update. Sumber: http://www.nyunyu.com/ |
Salah ketik (typos) dalam penulisan adalah wajar,
tapi bagaimana dengan ini: wekawekaweka. Atau ini: cekacekaceka. Para pembaca
pastilah mengerti bahwa weka dan ceka maklum dalam chatting. Bahkan sampai contoh yang paling fenongelay –menjadi fenomena di dunia
per-chatting-an para alay– (dan
bikin saya terperangah tanpa
ngeces ya) pembaca bisa memberi contohnya di kolom komentar.
Saya pribadi terus terang, kadang suka ber-chatting dengan
susunan huruf seperti ceka dan weka, tapi saya awalnya –dan
sampai detik ini– tidak
tahu apa itu alay, singkatan-kah? Dan fenongelay ini ternyata ... juga menjangkiti para emak-babe, nenek-kakek. Soal yang
nenek terkena virus alay ini buktinya adalah ibu dari tetangga saya sendiri (untung nenek
itu nggak suka blog walking). Pernah satu waktu sang nenek minta tolong
Whatsapp-nya di upgrade versinya. Ya saya tolong karena
menghormati nenek itu. saya
sempat melihat foto profil Whatsapp si nenek. Dan, "Cantiknya (pakai
cengkok si Upin),” ujar saya dalam hati. Lalu saya sedikit baca-baca isi chatting-an si
cantik. Dan, dalam hati –lagi– saya berujar, "Mungkin si ganteng alay lawan chatting si cantik juga kakek-kakek."
Saya jadi bertanya sendiri, "Kira-kira
ada nggak ya artikel blog berbahasa alay?" Mungkin ada. Sebab nge-blog itu
awalnya dari hobi menulis. Ya, bisa saja nenek 'cantik' tetangga saya itu jadi suka nge-blog
dengan kebiasaan tetap menggunakan susunan huruf alay.
Tapi, jangan salah! Mereka –para alay– itu
memiliki sense of
click (mampu memahami maksud tulisan alay) yang tinggi dari lawan chatting-nya.
Entah mungkin karena terbiasa atau memang ada tutorialnya untuk itu. Cuma, satu
hal yang saya kagumi, meski itu kata
disingkat-singkat (bahkan bisa disingkat jadi satu huruf) oleh mereka ketika chatting, jarang terjadi tulalit di antara mereka. Saya berpendapat, bisa jadi tingkat
kreativitas mereka semakin berkembang karena terbiasa menggunakan kata dan
kalimat alay dalam keseharian chatting-nya.
Bahkan, fenongelay ini sudah merambah ke kalimat bahasa
seperti Jawa, Sunda, Padang dan lain-lain. Cekacekaceka. Mengapa saya berpendapat begitu?
Sebab untuk menciptakan sesuatu yang baru, minimal, seseorang itu harus
merenung untuk mendapatkan ide. Saya saja menulis topik artikel ini membutuhkan
itu.
Tentu kalimat seperti:
4kU s4Y4nK 54m4 k4mU, t4p1 k4mU cU3k
4j4, 4Ku j4dI b3nC1 s4m4 k4Mu, m44fK4n 4kU k4L4u 4ku m4r4H s4M4 K4mU..
Atau:
Haii lehh Nall,,,? Namah amuh
capah,,,?
Tetap diperlukan kreativitas, bukan?
Bayangkan, jika tulisan artikel ini yang saya susun dengan
pendekatan EYD ditulis ulang dengan pendekatan E-al4y, berapa lama waktu yang
diperlukan oleh saya
untuk menulis ulang?
Kreativitas merambah seluruh
anasir kehidupan manusia. Arahkan, jangan disumbat!
Comments
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungan berikut berkomentarnya kamu.