Skip to main content

Refleksi Mina 2015

Logo
Ibadah Qurban yang sudah "mengkarat" membudaya di setiap negeri Muslim tahun ini diiringi dengan dua kali musibah di tanah Suci. Dalam lintasan waktu, itu semua terjadi dan menimbulkan kebahagiaan juga sekaligus kedukaan mendalam –kebahagiaan haru– bagi para pelaku peristiwa. 

Musibah Mina 2015 waktu setempat, ketika di sisi belahan dunia lain para Muslimin merayakan kebahagiaan selepas melaksanakan solat 'Ied Adha, di tempat Suci musibah itu terjadi dengan jumlah Syuhada –Insya Allah– wafat lebih dari ratusan jiwa. Jiwa-jiwa yang telah membuktikan ketundukan dan ketaatannya dengan memenuhi panggilan Ilaahi untuk berhaji, semoga kini sudah tersenyum menjemput pahala yang sudah dijanjikan-Nya. Aamiin. 

Ya, esensi ibadah berkurban adalah mengenai ketundukan. Meneladani sang Khalilullah, Nabi Ibrahim A.s yang merendahkan dirinya di hadapan perintah Rabb-nya dengan ketaatan serta ketundukannya melaksanakan perintah-Nya. Dan, para jamaah haji yang telah berpulang keharibaan-Nya telah membuktikannya dengan mengikuti meneladani Nabi Ibrahim A.s. Laa Tahzan yaa Ahlul bait korban Mina 2015. Meskipun Anda bersedih dengan kehilangan anggota keluarga Anda, berbahagialah Anda atas janji Allah bagi para Syuhada.

Mbah Jingan bertutur, "Waktumu adalah bukan milikmu. Ia adalah milik Yang Menciptakannya. Kewajibanmu hanyalah tunduk taat dalam waktu yang sejenak dengan keikhlasanmu."

Comments

Popular posts from this blog

Suatu Pekerjaan jika di Awali dari Hobi Biasanya Akan Berlanjut Menjadi Profesi

Cukur Asgar Pernah potong rambut? Pasti jawabannya,”Pernah.” Bahkan buat kaum lelaki, potong rambut adalah suatu hal yang rutin. Dimana biasanya kita memilih tempat untuk potong rambut? Biasanya para wanita lebih memilih salon daripada potong rambut ‘Asgar’. Hehehe. Nah, tulisan ini membahas sekitar potong rambut ala ‘Asgar’. Utamanya membahas seputar si tukang potong rambutnya. Ide menulis tema ‘Asgar’ ini Saya dapat dari obrolan ringan antara Saya dan seorang tukang potong rambut ‘Asgar’.

Rahim Sang Penulis

Hmmm, masih saja saya hadir di sini bertemakan tulisan artikel tentang, menulis, menulis dan ... menulis. Kenapa? Ya saja juga nggak bisa jawab! Begini, mmmm, sebentar, sebentar ... Maaf, barusan saya gosok-gosok hidung saya dulu karena gatal. (mungkin mau flu ya?). Begini, pembaca mungkin pernah memperhatikan tulisan anak-anak, atau mungkin dulu waktu kita masih sekolah ditingkat SD, tulisan kita pernah dikomentari, "Aduh, tulisan kamu bagus ya Nak." atau, "Yah Nak, tulisan kamu kok jelek ya, belajar nulis lagi ya Nak, biar bagus tulisan kamu." Sayangnya tulisan saya dari zaman SD sampai sekarang dikomentari dengan komentar mirip dengan komentar kedua. Mungkin anak-anak zaman sekarang juga masih mendapat salah satu di antara dua komentar barusan diatas. Ternyata, itu semua hanya sekadar tulisan.

Tidak Berselingkuh Terhadap Diri Sendiri

Say No? Ya! Say No!!! Ya, terlintas begitu saja, malam ini di waktu luang -sambil mendengarkan lagu favorit- saya ingin menulis, mengembangkan dari satu kata selingkuh menjadi beberapa paragraf kalimat di bawah ini. Awam dikenal bahwa kata selingkuh ini selalu berkaitan dengan hubungan lelaki-perempuan dan maklum-lah sehingga menjadikan kata selingkuh selalu melekat -jika- dua pihak itu yang berbuat.