Suatu Pekerjaan jika di Awali dari Hobi Biasanya Akan Berlanjut Menjadi Profesi

Cukur Asgar
Cukur Asgar
Pernah potong rambut? Pasti jawabannya,”Pernah.” Bahkan buat kaum lelaki, potong rambut adalah suatu hal yang rutin. Dimana biasanya kita memilih tempat untuk potong rambut? Biasanya para wanita lebih memilih salon daripada potong rambut ‘Asgar’. Hehehe.

Nah, tulisan ini membahas sekitar potong rambut ala ‘Asgar’. Utamanya membahas seputar si tukang potong rambutnya. Ide menulis tema ‘Asgar’ ini Saya dapat dari obrolan ringan antara Saya dan seorang tukang potong rambut ‘Asgar’.

Berawal dari bicara basa-basi sampai akhirnya kita berdua bicara soal ‘Asgar’. Sebelumnya istilah ‘Asgar’ itu kepanjangan dari Asli Garut. Mereka dikenal sebab mereka -para tukang cukur- berasal dari Garut. Tapi, tukang cukur yang Saya ajak obrol ini bukan asli Garut, tapi asli Cianjur. Hanya saja sebab istilah ‘Asgar’ sudah umum dikenal masyarakat, orang-orang tidak terlalu mempermasalahkan lagi darimana si tukang cukur berasal. Masa, tiap kali mau di cukur harus bertanya ke tukang cukurnya,”Asli Garut bukan?”

Ada hal yang bisa Saya garis bawahi dari bicara sekitar tema ‘Asgar’. Salah satunya, mereka umumnya memulai usaha dari hobi dan ilmu mencukurnya di dapat secara ‘belajar sendiri’ (autodidak). Para ‘Asgar’ inilah yang memulai hingga akhirnya dikenal di masyarakat. Kemudian dalam perjalanannya, usaha itu bisa/boleh dimasuki orang yang bukan asli Garut. Lapangan usaha yang dimulai dari hobi itu akhirnya bisa di kenal di masyarakat dan diakui kualitasnya nggak kalah dengan tempat cukur ‘bermerk’ yang ada di mall-mall mewah. Kalau menurut Saya pribadi, para tukang cukur autodidak itu juga sudah punya merk.  ‘Asgar’ sudah merupakan merk mereka.

Cara regenerasi/perekrutannya pun terbilang sederhana, jika yang memulai usaha ‘Asgar’ merasa membutuhkan tambahan tukang cukur, atau mau buka cabang usaha baru di tempat lain, biasanya yang di ajak adalah orang/tetangga sekampungnya dulu yang hobi dan mau menjadi tukang cukur. Soal ilmu mencukurnya? Ya itu tadi, pertama karena hobi, kedua, mereka mau belajar dari para seniornya. Tapi rupanya cara perekrutan model sederhana itu mulai dikembangkan dengan menyebar iklan di internet. Cara ini ternyata cukup efektif. Buktinya? Lawan bicara Saya yang berprofesi sebagai tukang cukur ‘Asgar’ itu, ternyata berasal dari Cianjur. Dia bercerita awal dia bekerja di dapat dari iklan internet yang dibacanya. Mmm…  Saya bertanya,”Kenapa mau menerima pekerjaan itu?” Dia menjawab,”Karena memang awalnya dari hobi mencukur semasa sekolah SMA dulu”. Jadi, tetap poin yang Saya dapat adalah, suatu pekerjaan jika di awali dari hobi biasanya akan berlanjut jadi profesi.

Saya jadi teringat tempat cukur langganan Saya dulu di daerah Bekasi. Seorang bapak, rambut sudah beruban, cengkok bahasa sundanya tidak bisa hilang jika dia berbicara. Tempat usaha bapak itu sekaligus rumah. Karena sudah sering bolak-balik cukur rambut, kami jadi akrab. Bapak itu bercerita bahwa rumah yang sekaligus menjadi tempat usahanya sekarang dibeli dari uang hasil mencukur. Sempat Saya bertanya,”Bapak bekerja mencukur hanya sendiri?” Bapak beruban itu menjawab,”Ya, sebab sekarang mah Saya teh mencukur bukan untuk cari uang lagi, tapi sekedar kangen mencukur saja. Anak-anak Saya alhamdulillaah sudah bisa mandiri semua. Jadi bapak tidak khawatir.” Memang sekilas dulu pertama kali Saya ke rumah bapak beruban itu buat potong rambut, Saya harus buka pintu gerbang rumahnya dulu, lalu mengucap salam sambil menunggu si bapak beruban itu menjawab salam Saya dan keluar. Aneh memang, tidak seperti tempat cukur lainnya. Rupanya bapak beruban tetap menerima jasa mencukur rambut bukan karena mencari uang lagi, tapi hanya sekedar kangen hobi mencukurnya saja.

Kembali ke laptop!!! Setelah kita panjang lebar bicara dengan ‘Asjur’ (baca : orang asli Cianjur), hahahaha..., akhirnya sempat dia buka kartu penghasilannya sehari. Penghasilannya sehari minimal Rp 50.000,- . Jika sedang ramai pengunjung, dia bisa mengantongi penghasilan Rp 150.000,-. Saya berhitung sendiri. Di tempat cukur ‘Asgar’ itu ada 3 orang tukang cukur. Minimal penghasilan perhari Rp 50.000,- * 3 tukang cukur * 30 hari = Rp 4.500.000,- Sistem yang di pakai adalah bagi hasil 50:50. Artinya, penghasilan buat si pemilik usaha cukur Asgar adalah Rp 4.500.000,-. Jika di potong biaya sewa tempat, listrik, air dan lain-lain katakanlah Rp 1.000.000,- tiap bulan. Penghasilan pemilik tempat cukur itu Rp 3.500.000,-

Oya, sebelum pembicaraan berakhir, tukang cukur itu juga bercerita, si pemilik bakal buka barber shop di samping usaha ‘Asgar’ yang sudah ada. Saya tanya,”Bedanya apa barber shop dengan asgar?” Di jawab,”Bedanya, Asgar sekedar cukur, tapi barber shop mirip-mirip seperti salon potong rambut, selain potong rambut, ada tambahan layanan keramas dan lainnya. Saya tanya lagi sambil bercanda,”Oya?! Ada layanan cari kutu rambut juga nggak di barber shop?” Lalu kami berdua tertawa berbarengan.

Comments

  1. Wah, tampilan blognya makin kece nih hehe.

    Ask: Pernah potong rambut?
    Question: Sering, apalagi kalo cowok pasti lah tiap bulan mesti berkutat sama rambut, kecuali emang tu cowok belom dikungkung sama aturan profesional tidak tertulis: "laki-laki tidak sebaiknya berambut panjang" hehe

    Memulai usaha dari hobi itu udah jadi modal awal tersendiri, soalnya ngembangin usahanya akan disertai dengan rasa senang. Siapa sih yang ngga suka ngerjain hobi dan dibayar? Totalitasnya 100%, bahkan lebih dari itu kalo udah jadi hobi banget :)

    Cerita si Bapak yang udah beruban itu menyentuh bro. Anak-anaknya udah mandiri semua, tapi si Bapak tetep mencukur dengan alasan luar biasa: "sekedar kangen mencukur". Mungkin kalo ngga mencukur dia malah stres. Hobi yang terus digeluti sampai tua.

    Wah, ide unik tuh, layanan cari kutu rambut haha :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Layanan cari kutu?! Ide?! Boleh juga! Hahahaha.

      Delete

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan berikut berkomentarnya kamu.

Pos Populer