Kapan Dolar Jatuh Terjerembap?

Logo
Selepas bangun tidur pagi ini, saya -sesuai kebiasaan- mau minum kopi favorit saya, kopi hitam. Tapi karena stok kopi habis, akhirnya saya keluar -ke warung untuk ngopi- rumah dengan sedikit "kembang" mata masih menghiasi sudut-sudutnya. Nikmat, itu yang saya rasakan ketika menyeruput kopi beraroma wangi berwarna hitam pekat. Saat saya dalam keadaan "fly" kopi, tiba-tiba saja pikiran saya dicolek oleh sebuah pertanyaan: Kapan Dolar jatuh terjerambab?

Uang memang tidak bisa tidak, selalu berputar bersama perekonomian. Sebagai alat tukar, uang menjadi begitu penting -atau dipentingkan(?)- bagi manusia. Seiring dengan perekonomian berkembang melintas negara, terjadilah apa yang disebut kurs mata uang (maaf sebelumnya, saya bukan ekonom, hanya seorang awam penggemar kopi hitam). Dan seperti yang kita ketahui bersama, kurs ini membuat gap (jurang pemisah) nilai mata uang antara negara satu dengan negara lainnya. Jujur, saya pribadi kurang paham apa yang menjadi patokan penentu sehingga timbul gap itu. Dalam perjalanan mata uang itu, Dolar-lah yang menjadi juaranya. Dolar $ Amerika juaranya. Sementara mata uang sejawat seperjalanan sering atau bahkan tertinggal jauh di belakangnya, bahkan ada yang berjalan terseok-seok. Belum pernah saya, dari mulai bayi hingga se-bangkotan ini, ada mendengar di masa saya, Dolar $ berjalan beriringan bergandengan tangan dengan mata uang sejawatnya.

Saya bahkan berandai-andai, Bilakah Dolar $ jatuh terjerambab? Pernah saya mendengar berita bahwa Dolar sempat berjalan terhuyung-huyung -tapi belum jatuh terjerambab-. Dan bila itu benar terjadi, apakah Rupee akan tersenyum, Euro akan bersemangat mempercepat gerak langkahnya, Poundsterling, mungkin tertawa sambil menengok Dolar dan berjalan maju ke depan, Rupiah bisa menarik nafas sejenak, Baht, Ringgit begitu juga Yen dan mata uang lainnya? Seperti dalam berjalan, biasanya jatuh terjerambab itu akibat tersandung batu, hanya kapan saat tersandungnya, itu yang kita tidak tahu. Tidak ada yang tak mungkin dalam lintasan waktu.

Saat menulis ini, tiba-tiba saya teringat laut. Aneh! Berandai-andai lagi, dahulu saya pernah menonton film bajak laut -saya lupa judul filmnya-. Dalam cerita film itu, muatan kapal bajak laut yang berisi emas, perak dan barang berharga lainnya karam dihantam badai di tengah laut. Dan beberapa puluh tahun berikutnya, ternyata harta karun di dalam kapal bajak laut yang karam itu berhasil ditemukan. Hebat! Meski berkarat oleh air laut, emas itu tetaplah emas, perak itu tetaplah perak. Jika saja, jika harta karun yang karam itu adalah Dolar $, apakah Dolar $ tetaplah Dolar $? atau, Dolar $ itu menjadi segepok kertas lunglai yang luntur angka-angkanya?

Sejarah bercerita, jika zaman dahulu kala, -jauh sebelum saya lahir ke dunia ini- alat tukar yang dikenal adalah uang benggol (bisa jadi berbahan tembaga, emas, atau perak). Bukti cerita sejarah itu kini tersimpan dalam museum. Jika berpuluh generasi ke depan nanti masih ada apa yang namanya museum, apakah mata uang kertas masih bisa sebagai bukti sejarah masa lalunya? Sementara jika nilai intrinsik antara uang benggol dan mata uang kertas saja sudah berbeda.
Mata Uang
Sumber: http://assets.kompas.com/

Semoga saja di waktu yang akan datang, tingkat kesadaran manusia bumi lebih ngeh akan perbedaan mendasar dari nilai intrinsik sebuah benda materi, seperti kertas ber-angka dan emas, perak, tembaga -yang tak ber-angka namun bernilai- yang memang sudah bernilai ketika mereka -emas, perak, tembaga- diciptakan. Sehingga tidak perlu lagi kita mendengar Rupiah terpuruk terdepresiasi oleh Dolar $.


Kesadaran membangkitkan aksi. 

Comments

  1. ..ga puyeng" mikirin dollar,yg penting msh bs beli kopi item,,xixixii

    ReplyDelete
    Replies
    1. 8-) Yang penting ada kopi ada mendoan, ayeem ya :d

      Delete

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan berikut berkomentarnya kamu.

Pos Populer