Itulah Uniknya Gaya Ide Menulis Ide

Menulis ide dan ide menulis tidaklah sama. Dua hal inilah yang bikin saya nggak bisa tidur malam ini. Pikiran saya bertanya-tanya, "Apa bedanya dari dua hal itu ya?"

Menulis Ide


Kalau dilihat dari susunan kata-katanya, –menulis ide– ya titik beratnya di menulis ide-nya. Maksudnya, apa yang ditulis si penulis ya berkaitan dengan ide yang disampaikan penulis dalam bentuk tulisan. Contoh sederhananya? Mmm … apa ya. Oya, contohnya seperti saya yang penggemar kopi hitam, saking gemarnya minum kopi hitam, saya mempunyai ide bagaimana meracik kopi hitam biasa menjadi lebih nikmat jika diminum. Nah, ide saya tentang bagaimana meracik kopi hitam menjadi lebih nikmat itu saya tuliskan tuntas, dari A sampai Z. Itulah menulis ide. Kalau saya perhatikan, banyak dari para blogger menggunakan cara menulis ide ini yang kemudian di posting di blognya. Tapi tetap dengan menggunakan gaya menulis khas mereka –para blogger– sendiri dalam gaya penulisannya. Enaknya pakai cara menulis ide ini, lebih mudah, sebab biasanya sebelum ditulis, si penulis sudah pernah mempraktekkannya. Soal gaya tulisan penyampaiannya, ya seperti orang yang sedang bicara verbal saja, alurnya mengalir seperti air karena memang kerannya terbuka lebar. Menulis ide tentang resep masakan-kah, menulis ide tentang modifikasi motor tua, menulis ide tentang perawatan kulit, rambut, kuku, alis dan lain-lain. Ya intinya, ibaratnya, selama air itu masih ada, mengalirlah air itu menjadi berupa tulisan. Nggak ribet soal apa yang mau ditulis dan gimana cara menulisnya, karena semua bahannya sudah ada, tinggal ditulis sesuai kemauan jari penulisnya. Dan yang bikin beda ya gaya menuliskan idenya saja. Tapi justeru di situlah uniknya menulis dengan cara menulis ide ini. Semua orang tahu cara bikin kopi hitam, mulai dari A sampai Z, bahkan sampai ampas-ampas kopinya, tappiiii....kalau dituliskan bagaimana caranya, saya yakin 100% –pembaca mungkin juga yakin 100%– pasti berbeda hasil tulisannya. Itulah uniknya gaya menulis.


Ide Menulis


Mmm...innniii dia, kalau dilihat dari susunan kata-katanya, –ide menulis– titik beratnya di ide menulis-nya. Penulis yang pakai cara ini kalau saya boleh berpendapat, yaaa memang benar-benar penulis. Orang-orang semacam ini biasanya ganjil. Mahiwal –kalau kosakata bahasa Sunda–. Tidak mainstream. Keunikannya genap dalam kesatuan makna dari dua kata –ide menulis–. Agak susah saya memberikan contoh dari menggunakan cara ide menulis ini. Mmm ... contohnya seorang, cerpenis, penulis konten, mungkin? Seorang galau-is (?) (eh?!), maksudnya itu lho, penulis puisi berkarakter –bukan berkarakter galau–. Kalau menulis ide, bahannya sudah ada, kalau ide menulis? Itu seperti mencari di mana kopi hitam itu, lalu mencari di mana gulanya, gelasnya, air panasnya, mencari takaran pas antara kopi hitam dan gula, mencari, mencari, mencari, ... ide!!!!
i1242.photobucket.com
Sumber: i1242.photobucket.com

Seorang yang sudah terbiasa pakai cara menulis ide, bisa kok "naik kelas" menjadi seorang yang mulai memakai cara ide menulis. Kapan? Nanti! Kalau dia sudah kehabisan air. Hehe, Ya, kalau semua bahan idenya sudah ditulis. Dan proses "naik kelas" ini wajar-wajar saja sih. Emangnya kalau tinggal kelas –nggak naik kelas– itu enak? Coba tanya anak SD, hehehe. Lagipula, setiap orang dikasih kok sarana mendapatkan ide, namanya? Ya akal pikiran. Mata, telinga dibuka lebar-lebar. Akal pikiran, sering-sering dipakai buat merenung –sambil ngupil– cerapan cahaya ide yang diterima oleh mata dan telinga.

Comments

  1. Menarik nih isi artikelnya.

    Jadi... "ide menulis" itu derajatnya lebih tinggi dari "menulis ide", begitu? Dalam "menulis ide", setiap blogger pasti punya keunikan masing2 dalam menuangkan idenya, yang mana sebenernya ide itu sama, hanya beda pemaparannya. Tapi kalo "ide menulis", pemilihan ide tertentu yang belum tentu semua bisa menuangkan. Bisa dibilang, "ide menulis" ini ibarat harta karun yang belom dijamah semua.

    Bener begitu kesimpulannya? Mohon dikoreksi jika salah :p
    Saya suka pembahasan mengenai "ide" ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seperti yang lu kutip di blog lu, Yu -cie sok akrab gue haha-. "Imagination is more important than knowledge".
      Hasil imajinasi? Ide.
      Itulah kenapa gue pake istilah "naik kelas". Karena setiap orang biasa ingin bertambah, bertambah.
      Imajinasi bergerak tanpa batas, berpendar.(Itu judul artikel lu, gw tambahin 1 kata nggak apa-apa ya?)

      Delete
  2. Hehe, panggil aja "Bay" ga pa2

    So... ide itu turunannya imajinasi yang dipake dengan benar ya, dan sebuah ide bisa ngehasilin sesuatu yg bernilai "emas".

    Sip, it's okay, gua suka kata tambahannya: berpendar hehe :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yoyoi, Bay. "Emas" itu ya ada, tapi jarang.
      Thanks kalo lu suka kata berpendar itu, Bay.

      Delete

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan berikut berkomentarnya kamu.

Pos Populer