Skip to main content

Jika Hati Bertemu Hati

Logo
Ada sebuah ungkapan dalam penyajian berita, begini ungkapannya: "Orang digigit anjing, itu biasa –bukan berita–, tapi jika orang menggigit anjing, ituu baru berita." Menurut saya pribadi, maksud dari ungkapan itu adalah suatu informasi akan menjadi berita –jika– dan bisa jadi populer jika isi yang diangkat dalam berita informasi itu adalah sesuatu hal yang diluar ke-umum-an.

Dalam penyajian berita informasi, headline adalah utama, baru kemudian kepada keterangan deskripsi dari headline, sebagai pendukung penjelasan isi dari headline. Eh, tapi kalau saya perhatikan kenapa menggunakan headline ya? Head, kepala. Line, baris. Baris kepala. Ini adalah judul berita. Ya, menurut saya ini adalah judul. Jika headline ini sudah kuat maknanya, deskripsi dari headline bersifat melengkapi saja. Headline, utama. Deskripsi, penjelasan headline.



Dua paragraf diatas, menjelaskan tentang penulisan berita informasi. Lantas bagaimana dengan tulisan yang tidak bersifat informatif? Tapi cenderung kepada deskripsi (isi, maksudnya)? Apakah headline diperlukan? 

Sebaliknya, –menurut saya– meskipun headline tetap dibutuhkan dalam suatu tulisan –bukan berita– untuk membedakan antara tulisan satu dengan lainnya, namun bagaimana menarik minat pembaca untuk mau membaca isi tulisan semacam cerpen, novel dan lainnya, headline berita berbeda pola dengan headline tulisan (cerpen, novel dll). Dimana letak perbedaannya?

Letak perbedaannya adalah, jika headline berita adalah utama (sebaris kalimat penting dari suatu tulisan berita), jika headline bukan berita adalah sebaris kalimat pendukung isi tulisan. Penulis cerpen, novel yang sudah berpengalaman tentu lebih mengerti bagaimana membuat headline dari tulisannya yang mampu menggugah hati dan menggoda mata calon pembacanya supaya mau dan menjadi tertarik untuk membaca isi tulisannya, bukan sekadar membaca headlinenya saja.

Saya memberi gambaran ilustrasinya begini, dalam tubuh manusia itu ada segumpal hati. Hati inilah yang bisa menentukan mau atau tidaknya seseorang untuk melakukan sesuatu. Dan, sebuah tulisan juga memiliki "hati". Jika hati bertemu "hati" maka kejujuranlah yang akan berbicara. Angkatlah "hati" dari sebuah tulisan Anda apa adanya, sesuai dengan poin penting dari tulisan Anda. Tuliskan dalam sebaris judul singkat memikat dan jujur kepada calon pembaca Anda.

Jika Anda kurang percaya dengan isi artikel saya ini, saya bertanya kepada Anda, pembaca. Dari semua buku cerpen, novel, –bukan berita– ada berapa judulnya yang Anda masih ingat? Namun "hati" dari semua cerpen, novel –bukan berita– (bisa jadi, sudah Anda baca berulangkali) itu tetap melekat dalam hati dan pikiran Anda, bukan?

Comments

  1. Penulis cerpen dan novel yang udah berpengalaman emang tahu bener caranya memikat pembaca dengan headline tulisannya yang oke punya. Mereka kayak udah punya resep untuk ini haha, bingung gimana cara ngedapetinnya.

    Bener bro, "jika hati bertemu hati maka kejujuranlah yang akan berbicara" (ini filosofinya oke banget hehe). Hati sang penulis bertemu dengan "hati" sebuah tulisan = kombinasi yang mantap. Kadang emang suka lupa judul novel yang udah lama dibaca tapi inget apa yang ada di dalemnya :p

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan berikut berkomentarnya kamu.

Popular posts from this blog

Suatu Pekerjaan jika di Awali dari Hobi Biasanya Akan Berlanjut Menjadi Profesi

Cukur Asgar Pernah potong rambut? Pasti jawabannya,”Pernah.” Bahkan buat kaum lelaki, potong rambut adalah suatu hal yang rutin. Dimana biasanya kita memilih tempat untuk potong rambut? Biasanya para wanita lebih memilih salon daripada potong rambut ‘Asgar’. Hehehe. Nah, tulisan ini membahas sekitar potong rambut ala ‘Asgar’. Utamanya membahas seputar si tukang potong rambutnya. Ide menulis tema ‘Asgar’ ini Saya dapat dari obrolan ringan antara Saya dan seorang tukang potong rambut ‘Asgar’.

Rahim Sang Penulis

Hmmm, masih saja saya hadir di sini bertemakan tulisan artikel tentang, menulis, menulis dan ... menulis. Kenapa? Ya saja juga nggak bisa jawab! Begini, mmmm, sebentar, sebentar ... Maaf, barusan saya gosok-gosok hidung saya dulu karena gatal. (mungkin mau flu ya?). Begini, pembaca mungkin pernah memperhatikan tulisan anak-anak, atau mungkin dulu waktu kita masih sekolah ditingkat SD, tulisan kita pernah dikomentari, "Aduh, tulisan kamu bagus ya Nak." atau, "Yah Nak, tulisan kamu kok jelek ya, belajar nulis lagi ya Nak, biar bagus tulisan kamu." Sayangnya tulisan saya dari zaman SD sampai sekarang dikomentari dengan komentar mirip dengan komentar kedua. Mungkin anak-anak zaman sekarang juga masih mendapat salah satu di antara dua komentar barusan diatas. Ternyata, itu semua hanya sekadar tulisan.

Tidak Berselingkuh Terhadap Diri Sendiri

Say No? Ya! Say No!!! Ya, terlintas begitu saja, malam ini di waktu luang -sambil mendengarkan lagu favorit- saya ingin menulis, mengembangkan dari satu kata selingkuh menjadi beberapa paragraf kalimat di bawah ini. Awam dikenal bahwa kata selingkuh ini selalu berkaitan dengan hubungan lelaki-perempuan dan maklum-lah sehingga menjadikan kata selingkuh selalu melekat -jika- dua pihak itu yang berbuat.