Kejujuran adalah Sederhana

Sering kita melihat kata dan kalimat yang begitu "wah" (terkesan glamour dan berlebihan seperti dalam cerita sinetron) dalam sebuah artikel. Maksud "wah" saya disini adalah suatu artikel yang membahas topik keseharian namun berisi kata dan kalimat yang menggunakan bahasa bukan sehari-hari. Ya saya hanya bisa tersenyum meringis ketika membacanya. Dalam hati saya berujar, "Ternyata kejujuran juga sudah mulai terlihat jarang dalam sebuah artikel."

Tapi ... mmm ... saya mendapat satu pelajaran berharga soal kejujuran setelah membaca artikel bergaya "wah" itu. Ya, kejujuran adalah bernilai. Kejujuran adalah "emas" meski sebagian orang mempersamakannya dengan kertas (ini sebuah ungkapan untuk membedakan nilai intrinsik antara emas dan uang kertas). Nilai kejujuran sebuah artikel terlihat dari gaya menulis dan tata kata juga bahasa penulisannya yang sesuai dengan topik bahasannya. Kejujuran adalah sederhana. Bila hatinya tahu, maka jemari juga akan mengetik selaras dengan apa yang terbetik dalam hati penulisnya. Bila hatinya tidak tahu, maka penulis jujur itu tidak sudi untuk menggerakkan jemarinya menipu hatinya sendiri.

Kejujuran dalam menulis sebuah artikel –terkait topik berangkat dari hati penulisnya. Jika ia jujur, maka artikel tentang topik bahasannya akan terlihat jujur pula dalam setiap rangkaian kata, kalimat dan paragrafnya, sehingga maksud dari topik artikelnya dapat terlihat nyata ditangkap oleh pembacanya (terlepas dari apakah pembacanya berwatak jujur atau tidak jujur). Karena sejatinya, sejatinya kejujuran adalah fitrah manusia. Meski sebagian manusia sudah lupa atau mungkin sengaja melupakan (?)– dengan fitrahnya ini. 

Comments

Pos Populer