Skip to main content

Kejujuran adalah Sederhana

Sering kita melihat kata dan kalimat yang begitu "wah" (terkesan glamour dan berlebihan seperti dalam cerita sinetron) dalam sebuah artikel. Maksud "wah" saya disini adalah suatu artikel yang membahas topik keseharian namun berisi kata dan kalimat yang menggunakan bahasa bukan sehari-hari. Ya saya hanya bisa tersenyum meringis ketika membacanya. Dalam hati saya berujar, "Ternyata kejujuran juga sudah mulai terlihat jarang dalam sebuah artikel."

Tapi ... mmm ... saya mendapat satu pelajaran berharga soal kejujuran setelah membaca artikel bergaya "wah" itu. Ya, kejujuran adalah bernilai. Kejujuran adalah "emas" meski sebagian orang mempersamakannya dengan kertas (ini sebuah ungkapan untuk membedakan nilai intrinsik antara emas dan uang kertas). Nilai kejujuran sebuah artikel terlihat dari gaya menulis dan tata kata juga bahasa penulisannya yang sesuai dengan topik bahasannya. Kejujuran adalah sederhana. Bila hatinya tahu, maka jemari juga akan mengetik selaras dengan apa yang terbetik dalam hati penulisnya. Bila hatinya tidak tahu, maka penulis jujur itu tidak sudi untuk menggerakkan jemarinya menipu hatinya sendiri.

Kejujuran dalam menulis sebuah artikel –terkait topik berangkat dari hati penulisnya. Jika ia jujur, maka artikel tentang topik bahasannya akan terlihat jujur pula dalam setiap rangkaian kata, kalimat dan paragrafnya, sehingga maksud dari topik artikelnya dapat terlihat nyata ditangkap oleh pembacanya (terlepas dari apakah pembacanya berwatak jujur atau tidak jujur). Karena sejatinya, sejatinya kejujuran adalah fitrah manusia. Meski sebagian manusia sudah lupa atau mungkin sengaja melupakan (?)– dengan fitrahnya ini. 

Comments

Popular posts from this blog

Suatu Pekerjaan jika di Awali dari Hobi Biasanya Akan Berlanjut Menjadi Profesi

Cukur Asgar Pernah potong rambut? Pasti jawabannya,”Pernah.” Bahkan buat kaum lelaki, potong rambut adalah suatu hal yang rutin. Dimana biasanya kita memilih tempat untuk potong rambut? Biasanya para wanita lebih memilih salon daripada potong rambut ‘Asgar’. Hehehe. Nah, tulisan ini membahas sekitar potong rambut ala ‘Asgar’. Utamanya membahas seputar si tukang potong rambutnya. Ide menulis tema ‘Asgar’ ini Saya dapat dari obrolan ringan antara Saya dan seorang tukang potong rambut ‘Asgar’.

Rahim Sang Penulis

Hmmm, masih saja saya hadir di sini bertemakan tulisan artikel tentang, menulis, menulis dan ... menulis. Kenapa? Ya saja juga nggak bisa jawab! Begini, mmmm, sebentar, sebentar ... Maaf, barusan saya gosok-gosok hidung saya dulu karena gatal. (mungkin mau flu ya?). Begini, pembaca mungkin pernah memperhatikan tulisan anak-anak, atau mungkin dulu waktu kita masih sekolah ditingkat SD, tulisan kita pernah dikomentari, "Aduh, tulisan kamu bagus ya Nak." atau, "Yah Nak, tulisan kamu kok jelek ya, belajar nulis lagi ya Nak, biar bagus tulisan kamu." Sayangnya tulisan saya dari zaman SD sampai sekarang dikomentari dengan komentar mirip dengan komentar kedua. Mungkin anak-anak zaman sekarang juga masih mendapat salah satu di antara dua komentar barusan diatas. Ternyata, itu semua hanya sekadar tulisan.

Tidak Berselingkuh Terhadap Diri Sendiri

Say No? Ya! Say No!!! Ya, terlintas begitu saja, malam ini di waktu luang -sambil mendengarkan lagu favorit- saya ingin menulis, mengembangkan dari satu kata selingkuh menjadi beberapa paragraf kalimat di bawah ini. Awam dikenal bahwa kata selingkuh ini selalu berkaitan dengan hubungan lelaki-perempuan dan maklum-lah sehingga menjadikan kata selingkuh selalu melekat -jika- dua pihak itu yang berbuat.