Skip to main content

Lanjutan "Inilah....."

Melanjutkan topik tentang gaya menulis tulisan yang saya posting di: Inilah.... Ya ini menurut versi saya dulu aja deh ya.

Gaya menulis itu tergantung dari mood si penulis saat menulis apa yang ditulisnya. Satu waktu melow, lain waktu below. Satu waktu penuh kalimat yang semangat, di lain waktu bisa loyo (kalimat yang loyo itu seperti apa sih???). Satu waktu seorang penulis itu bakal ngeh, mood yang bagaimana yang menghasilkan tulisan bagus secara obyektif, diterima dan dipahami pembacanya. Ini semua didapat berangkat dari rutinitasnya menulis. ditambah juga dari interaksinya dengan lingkungan sekitar penulis itu sendiri. Kalo penulis itu sering berinteraksi dengan kalangan-kalangan pemikir, gaya menulisnya banyak tertular dari hasil interaksinya dengan kalangan pemikir itu. Jadi, baiknya seorang penulis itu banyak berinteraksi dengan berbagai macam kalangan. Jangan pilih-pilih. Sebab semua kalangan mempunyai cerita, semua kalangan mempunyai "sesuatu" yang bisa diangkat menjadi bahan topik tulisan. Jadilah penulis gaul yang sering blasak-blusuk di semua kalangan masyarakat. Dan jangan jadi penulis sangkar yang idenya terkungkung hanya sebatas luas sangkarnya.


Nah, soal gaya menulis populer digemari, digila-gilai –bukan di-gilani– penggemarnya hingga setiap tulisannya dinanti penggemarnya, itu sih menurut saya, salah satunya karena faktor keberuntungan. Beruntung pas gaya seperti itu muncul ke permukaan pas ada yang lihat, terus suka, terus cerita dari mulut ke mulut, bc ke bc, dm ke dm sehingga akhirnya banyak orang tahu dan sebagian penasaran kepengen tahu dengan tulisan si penulis. Faktor do'a orangtua juga sangat berpengaruh, hehehe. Selain itu ya karena si penulis itu jeli mengangkat topik biasa menjadi luar biasa melalui gaya menulisnya. Sungguh tidak dinyana yah. Ya itulah kehidupan.

Jangan salah kaprah juga. kalau melalui tulisan jadi kepengen tenar terkenal. Itu hanya efek dominonya saja. Hal utamanya tetap bahwa menulis itu sebagai media untuk mengungkapkan semua "gejolak jari-jemari" yang terangkum dalam tulisan. Ide, ide, ide. Itu saja. Sisanya? Sisanya, itulah yang saya sebut efek dominonya. Tenar terkenalnya juga bercabang jadi dua macam. Satu cabang menjuntai bak padi merunduk. Cabang lainnya seolah berdiri tegak dan kokoh. (padahal itu cuma cabang lho?!) Jadi bisa saja seorang penulis itu terkenal justru setelah penulis itu berpulang. Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, ... penulis wafat meninggalkan semua ide-idenya bagi generasi yang hidup.


Makanya, ayyyoo menulis! Gaya menulis akan terbentuk dengan sendirinya kok setelah Anda terbiasa menulis mengangkat topik biasa menjadi luar biasa melalui jari-jari Anda.

Logo

Comments

Popular posts from this blog

Suatu Pekerjaan jika di Awali dari Hobi Biasanya Akan Berlanjut Menjadi Profesi

Cukur Asgar Pernah potong rambut? Pasti jawabannya,”Pernah.” Bahkan buat kaum lelaki, potong rambut adalah suatu hal yang rutin. Dimana biasanya kita memilih tempat untuk potong rambut? Biasanya para wanita lebih memilih salon daripada potong rambut ‘Asgar’. Hehehe. Nah, tulisan ini membahas sekitar potong rambut ala ‘Asgar’. Utamanya membahas seputar si tukang potong rambutnya. Ide menulis tema ‘Asgar’ ini Saya dapat dari obrolan ringan antara Saya dan seorang tukang potong rambut ‘Asgar’.

Rahim Sang Penulis

Hmmm, masih saja saya hadir di sini bertemakan tulisan artikel tentang, menulis, menulis dan ... menulis. Kenapa? Ya saja juga nggak bisa jawab! Begini, mmmm, sebentar, sebentar ... Maaf, barusan saya gosok-gosok hidung saya dulu karena gatal. (mungkin mau flu ya?). Begini, pembaca mungkin pernah memperhatikan tulisan anak-anak, atau mungkin dulu waktu kita masih sekolah ditingkat SD, tulisan kita pernah dikomentari, "Aduh, tulisan kamu bagus ya Nak." atau, "Yah Nak, tulisan kamu kok jelek ya, belajar nulis lagi ya Nak, biar bagus tulisan kamu." Sayangnya tulisan saya dari zaman SD sampai sekarang dikomentari dengan komentar mirip dengan komentar kedua. Mungkin anak-anak zaman sekarang juga masih mendapat salah satu di antara dua komentar barusan diatas. Ternyata, itu semua hanya sekadar tulisan.

Tidak Berselingkuh Terhadap Diri Sendiri

Say No? Ya! Say No!!! Ya, terlintas begitu saja, malam ini di waktu luang -sambil mendengarkan lagu favorit- saya ingin menulis, mengembangkan dari satu kata selingkuh menjadi beberapa paragraf kalimat di bawah ini. Awam dikenal bahwa kata selingkuh ini selalu berkaitan dengan hubungan lelaki-perempuan dan maklum-lah sehingga menjadikan kata selingkuh selalu melekat -jika- dua pihak itu yang berbuat.