Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2016

Terima Kasih Jingga Kirani

Berawal dari chat di Hangouts dengan kawan G+, saya cukup terkaget-kaget juga. Sebab, meski saya yang memulai membuka chat dengan mengundang kawan saya ini, dari chat obrolan ringan, bergeser kepada obrolan salah satu artikel di blog saya. Dan mengapa saya kaget?

Tersakiti atau Disakiti adalah Bukan Pilihan

Kau??? Hadeuh ... tidak biasanya begitu cepat saya lari ke depan keyboard seperti pagi ini. Seolah-olah takut "tangkapan" ide bakal lepas dari pikiran saya. Hahaha. Ya topiknya sih masih seputaran menulis dan menulis. Hanya mungkin ini artikel –karena baru kali ini– tercepat yang saya tulis, sebab tidak menunggu nanti, dituliskan saat waktu luang datang. Pemicu artikel ini saat Google Plus saya di add oleh Ivan Wiraoctavian. Saya kunjungi situsnya dan membaca artikel ini:  Cerita Gus Dur dan Mata Allah Untuk mendukung apa yang ingin saya utarakan, saya kutip saja sebagian isi artikel mas Ivan itu: .............. Gus Dur : “Kamu suka menulis?” Mughni : “Tidak, Gus, tulisan saya buruk sekali. Saya coba menulis puisi atau cerita pendek, tapi benar-benar buruk hasilnya.” Gus Dur : “Rupanya kamu belum pernah dilukai seorang wanita, makanya tulisan kamu tidak bagus.” Mughni : “Lha, Panjenengan tau darimana kalau saya belum pernah dilukai w...

Tidak Berselingkuh Terhadap Diri Sendiri

Say No? Ya! Say No!!! Ya, terlintas begitu saja, malam ini di waktu luang -sambil mendengarkan lagu favorit- saya ingin menulis, mengembangkan dari satu kata selingkuh menjadi beberapa paragraf kalimat di bawah ini. Awam dikenal bahwa kata selingkuh ini selalu berkaitan dengan hubungan lelaki-perempuan dan maklum-lah sehingga menjadikan kata selingkuh selalu melekat -jika- dua pihak itu yang berbuat.

Membuat Khalil Gibran Berujar

Puisi Blue Shapire Cinta bisa datang, cinta pun bisa pergi. Kesedihan datang, kesedihan pun pergi. Bagi sebagian orang sepertinya mudah  menggantikan satu orang dengan orang lainnya. Tapi, tidak bagiku! Hanya akan ada satu, atau tidak sama sekali.

Anda Sudah Rela?

Ingat mati Mmm, ternyata, malam ini niatnya mau tidur tidak terjadi. Sebab berbicara ngalor-ngidul dengan seseorang yang baru dikenal, tapi ternyata obrolan kami menjadi nyaman. Meski sesekali Saya membalas chat di HangOuts dan sambil terus ngobrol dengan orang yang baru saja saya kenal malam ini.

Kreativitas Merambah Seluruh Anasir Kehidupan Manusia

Bayangkan? Pening-katan ini dibutuhkan program Spider update. Sumber: http://www.nyunyu.com/ Salah ketik ( typos ) dalam penulisan adalah wajar, tapi bagaimana dengan ini: wekawekaweka. Atau ini: cekacekaceka. Para pembaca pastilah mengerti bahwa   weka   dan ceka maklum dalam   chatting.   Bahkan sampai contoh yang paling   fenongelay   – menjadi fenomena di dunia per- chatting -an para alay – (dan bikin s aya terperangah tanpa ngeces ya) pembaca bisa memberi contohnya di kolom komentar.

Azali Cinta

Indah sangat cinta nan suci. Berkalang tanah tetap dipuji. Azali cinta dari Sang Pemilik. Berzarah-zarah menyebar kedalam bilik makhluk. Tak lekang ia meski hanya diam terselimuti kabut kefanaan. Ia azali dari Sang Pemilik. Berbahagialah wahai bilik nan jernih. Pun zarah tersenyum bercahaya. Meniti jalan fana, meniti ikhlas. Hingga terlelap dalam rengkuhan Sang Pemilik.

Khayalku

Guratan cinta masa lalu Dirimu.  Kembali.  Mengusik hati dan pikiranku Cerita.  Yang telah kulebur. Kubentuk seindah paras wajahmu. Yang kukenal dulu. Aku.  Dibelai. . Jemari harapanmu. Lembut. Terasa.  Menyentuh wajahku. Namun.  Kutersadar.. Kau kini hanya khayal. Ku, tak dapat meraih. Bayang dirimu sekalipun. Kembali.  Diriku . . . kembali. Merenungi semua yang telah terjadi. Mungkinkah.  Kau beri aku. Satu kesempatan sekali lagi.

Sudahlah

Sudahlah. Sudahlah. Sudahlah. Asa tali yang putus. Sudahlah. Binar mata yang kini redup terhalang air mata. Sudahlah. Kini sudah karena kemarin. Sudahlah. Sudahlah. Sudahlah. Senyum manis yang kini terasa pahit jika kulihat. Suara indah yang parau di telingaku yang terdengar. Buah bibir yang berbau busuk. Sudahlah. Sudahlah. Kemarin yang menyudahi kini, karena masa itu tak bisa direngkuh. Salahmu karena benarku. Salahku karena benarmu. Sudahlah. Sudahlah.