Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2016

Dia Tidak Bersalah

Dia tidak bersalah.  Atas apa yang terjadi hari ini.  Dia tidak bersalah.  Atas garis lurus yang sudah berusaha diguratnya, tapi dibengkok-kan oleh riuh suara sumbang setelahnya.  Dia tidak bersalah.  Atas isi kepala bergandul sanggul yang keluar melalui mulut dan pena-nya. Tanyakan kepada hari ini.  Apakah hitam adalah putih?  Atau putih adalah hitam?  Tanyakan kepada hari ini.  Apakah gelap adalah terang?  Atau terang adalah gelap?  Tentu sang hari akan terdiam, bisu, kelu.  Sebab hitam dan putih, terang dan gelap adalah laras harmoni kamu!Sang hari.  Tanpanya, kamu tak ada!  Dia tidak bersalah.  Sebab yang diperjuangkannya adalah memanusiakan manusia.  Meski dia adalah manusia berjuluk ... perempuan.  Dia tidak bersalah.

Andai Kartini adalah Kartono

Muara ide pemikiran seorang Kartini adalah: Memanusiakan manusia. Suatu ide pemikiran yang sudah diusung sejak era sebelum Kartini. Tengoklah sejarah. Berapa banyak "orang-orang besar" yang mengusung ide pemikiran ini.  Hanya saja, sebab kebanyakan manusia lebih melihat "siapa" (subyek) bukan "apa" (obyek) dari sesuatu, terjadilah bias dari apa –ide pemikiran– yang mereka perjuangkan dalam lintasan waktu. Kartini adalah Kartini, seorang perempuan yang hidup di era budaya feodal yang meliputinya. Andai saja, waktu itu Kartini –perempuan– adalah Kartono –lelaki–, mungkin kesimpulan sejarah akan bergeser dari titiknya sekarang.  Apa yang sudah diperjuangkan seorang Kartini mengerucut kepada sebuah sinergi antara ke-perempuan-an dan ke-lelaki-an dalam konteks hidup dan kehidupan. Jangan melawan kodrat sebab akan menimbulkan mudharat. Mengapa hari-hari ini harmoni suara-suara dan tulisan-tulisan Kartini terdengar sumbang dan tak terbaca jelas?

Antara Aji, Cahaya dan Joko (Bagian Pertama)

Antara Aji, Cahaya dan Joko Mukadimah C ahaya Diani, seorang perempuan yang menjadi impian setiap lelaki, mandiri, cerdas, kritis, berbicara seperlunya dan cenderung pendiam. Meski cenderung pendiam, senyumnya selalu menghiasi wajahnya setiap kali bertemu orang di lingkungan perumahan sederhana di mana dia tinggal. Didikan orangtua dan didikan formal yang didapatnya, menjadikan dia, perempuan yang cukup berhasil mengelola usahanya, –toko merchandise yang dipasarkannya dengan cara online juga offline– dan toko offline-nya terletak di ruko dekat pintu gerbang masuk perumahannya. Lelaki beruntung yang impiannya dapat terwujud –sebab menjadi "raja" di hati Cahaya Diani– adalah Rayhan Aji, seorang lelaki sederhana dalam penampilan. Dia bekerjasama –dalam mengelola toko Cahaya Diani– bersama istrinya, Cahaya Diani. Kesederhanaan Rayhan Aji, sifat tenangnya, dewasa dengan kelelakiannya, selalu menjadikan Cahaya Diani merasa nyaman dan terjaga sebagai seorang istri. Mereka ber...

Benarlah Adanya

Adalah zarah rasa memuai dari palung hati setelah sekian lama ia tergeletaK.  Ketika sentuhan lembut membangunkannya dari mati suri beku lamA.  Usapan lembut, hangat, merasuk masuk mengoyak sukma jengahkU.  Cerita tentang Engkau nyatanya bukan romantiC.  Ingin kubungkam mulut-mulut penafsir dusta bergaun dengkI.  Namun penyamun tetaplah penyamuN.  Tak ayal satu waktu mereka pasti terperanjaT.  Atas pencurian makna suci yang seharusnyA.  Kala itu benarlah adanyA.  Aku-mu akan lebur hancur, aku-mu akan tertolaK.  Usahlah bersedih bening, jangan menangis, hening ... bilakah itu kisahmU?

Aku Belajar Melalui Engkau

Aku belajar melalui Engkau.  Dengan pena indra yang kupunya ...  Engkau membimbing lemah pikirku menjadi kuat dan tajam.  Dengan senyum ketegasan,  Engkau menunjukkan dimana letak salahku ketika hendak menggurat garis lurus.  Sederhana.  Begitu sederhana sekali.  Hanya menggurat sebuah garis lurus.  Dan ... melalui kesederhanaan tentang "hanya menggurat sebuah garis lurus" itu, aku mampu merambah aksara berikut semestanya.  Melalui Engkau, bergolong-golong aku menjadikan decit roda peradaban selalu mengalun.  Meski alunannya terkadang seringkali terdengar sumbang dalam satu rentang waktu ... tapi semua itu bukan salah Engkau.  Sebab Engkau hanya ... sudah menunjukkan dimana letak salahku ketika hendak menggurat garis lurus.

Maafkan Aku, Mas

Aku terpaku. Perempuan itu menarik punggung tanganku dan menciumnya dengan khidmat. Dan menyisakan beberapa tetes air matanya yang masih menempel di punggung tanganku, lalu diiringi ucapannya yang lirih, "Maafkan aku, Mas." Dan perempuan itu beranjak pamit sementara aku masih dengan keterpakuanku, memandangi punggung tubuhnya yang semakin lama semakin menjauh dan menghilang di ujung jalan. Ah! Tersadar aku dari lamunan. Potongan peristiwa masa laluku yang seolah nampak jelas kembali ketika aku memandang foto wajahnya di Facebook. Seraut wajah hitam manis berbalut jilbab cokelat muda dengan garis senyum lebar, simetris bersama bangir hidung juga dua binar bola matanya. Sampai detik ini pun, aku masih memvonis diriku sendiri dengan "palu" kegagalan. Semua di luar dugaan, ketika dahulu aku berucap kepada Nia, "Ni, Mas memutuskan untuk sementara kembali pulang." "Mengapa Mas? Apa alasannya?" Nia bertanya seolah curiga dengan keputusanku. Te...