Skip to main content

Ingatlah Sangkakala Waktumu

sangkakala alam semesta
Ini ilustrasi sangkakala alam semesta.
Sumber: https://upload.wikimedia.org/
Orang-orang sedunia baik yang yakin sampai taraf meng-imani atau yang ragu-ragu, skeptis sampai taraf tidak percaya (meski mungkin dalam hatinya terbetik rasa takut juga). Singkatnya yang ber-religi atau tidak ber-religi, dari dulu sampai sekarang sering membicarakan sangkakala waktu.



Sangkakala menurut KBBI:
Arti dari sangkakala adalah:
sang.ka.ka.la
Nomina (kata benda)
(1) trompet (dari kulit kerang, dan sebagainya) ; trompet berkala atau bunyian berkala: ia belajar meniup sangkakala;
(2) tanda bunyi-bunyian (trompet dan sebagainya) dengan arti yang khusus, seperti bangun pagi, apel, makan siang, tidur
Tiba-tiba pikiran iseng saya bicara,"Tahun baru dan setiapnya, sangkakala itu selalu ditunggu."

Tapi yang dimaksud dari sangkakala waktu itu dari topik artikel ini bukan itu! Ya, memang benar! Sangkakala waktu ditiup berkala (2 kali). Yang ditunggu –paling ditunggu– itu adalah tiupan pertama. Saya atau Anda, pembaca, menunggunya? Tak perlu, sebab umur saya, Anda adalah lebih pendek dari sangkakala waktu. Tapi, ya memang begitulah, bahkan dikatakan bahwa peristiwa itu adalah berita besar, lebih besar dari pemberitaan tentang pencarian planet bumi– lain yang terus dicari manusia di kolong langit ini. Andaikata, jika pun ditemukan, tetap saja berita besar itu menghampirinya.

Setelah menyeruput kopi, timbul pikiran dalam benak saya,"Bagaimana dengan 'sangkakala waktu' saya, Anda, dan manusia seluruhnya?" Alih-alih kita terbius oleh berita sangkakala waktu alam semesta, terlupa sangkakala waktu pribadiku, mu dan mereka.

Hemat pikir saya, 'berita besar' itu sebagai pengingat 'berita kecil' yang jumlahnya milyaran dan selalu terjadi tiap jam, menit, bahkan detik. Jika berita besar itu datang, siapa yang akan mentakziahi alam semesta?

Comments

  1. kepikiran jadinya. takut dengan sangkakala waktuku sendiri. Dan aku blum punya persiapan apa2...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mnurut Saya sih ya, sedikit sekali orang yang merasa siap. Belajar jembar hati itu yang kudu terus di asah Mas Andy.

      Delete

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan berikut berkomentarnya kamu.

Popular posts from this blog

Suatu Pekerjaan jika di Awali dari Hobi Biasanya Akan Berlanjut Menjadi Profesi

Cukur Asgar Pernah potong rambut? Pasti jawabannya,”Pernah.” Bahkan buat kaum lelaki, potong rambut adalah suatu hal yang rutin. Dimana biasanya kita memilih tempat untuk potong rambut? Biasanya para wanita lebih memilih salon daripada potong rambut ‘Asgar’. Hehehe. Nah, tulisan ini membahas sekitar potong rambut ala ‘Asgar’. Utamanya membahas seputar si tukang potong rambutnya. Ide menulis tema ‘Asgar’ ini Saya dapat dari obrolan ringan antara Saya dan seorang tukang potong rambut ‘Asgar’.

Rahim Sang Penulis

Hmmm, masih saja saya hadir di sini bertemakan tulisan artikel tentang, menulis, menulis dan ... menulis. Kenapa? Ya saja juga nggak bisa jawab! Begini, mmmm, sebentar, sebentar ... Maaf, barusan saya gosok-gosok hidung saya dulu karena gatal. (mungkin mau flu ya?). Begini, pembaca mungkin pernah memperhatikan tulisan anak-anak, atau mungkin dulu waktu kita masih sekolah ditingkat SD, tulisan kita pernah dikomentari, "Aduh, tulisan kamu bagus ya Nak." atau, "Yah Nak, tulisan kamu kok jelek ya, belajar nulis lagi ya Nak, biar bagus tulisan kamu." Sayangnya tulisan saya dari zaman SD sampai sekarang dikomentari dengan komentar mirip dengan komentar kedua. Mungkin anak-anak zaman sekarang juga masih mendapat salah satu di antara dua komentar barusan diatas. Ternyata, itu semua hanya sekadar tulisan.

Tidak Berselingkuh Terhadap Diri Sendiri

Say No? Ya! Say No!!! Ya, terlintas begitu saja, malam ini di waktu luang -sambil mendengarkan lagu favorit- saya ingin menulis, mengembangkan dari satu kata selingkuh menjadi beberapa paragraf kalimat di bawah ini. Awam dikenal bahwa kata selingkuh ini selalu berkaitan dengan hubungan lelaki-perempuan dan maklum-lah sehingga menjadikan kata selingkuh selalu melekat -jika- dua pihak itu yang berbuat.