Sibuk sekali aku. Hampir seharian perhatianku tak lepas dari memperhatikan lelaki itu. Memang tugasku adalah memperhatikan, bersama satu kawanku. Tugasku dan kawanku laksana sepasang detektif, bahkan boleh dibilang tugas kami lebih berat dari tugas detektif swasta yang disewa oleh kliennya. Kami bertugas dengan profesionalitas ajeg, hanya mengumpulkan data dari keseharian lelaki itu, tanpa intervensi subjektif. Tapi, kawanku tidak terlalu sibuk di hari ini. Waktu bertugas kami sudah dimulai saat lelaki itu membuka matanya hingga ia kembali tidur dan menutup mata. Jadi, jam kerja kami tidaklah menentu dalam seharinya. Adakalanya kami berdua begitu sibuk mendata dan mencatat semua kegiatan lelaki itu. Jadi, selain jam kerja kami yang tidak menentu, kesibukan kami berdua juga tergantung dari apa-apa hal kegiatan lelaki yang selalu kami perhatikan itu. Karena hari ini hari Minggu, kegiatan lelaki itu tidaklah sesibuk hari-hari lainnya saat ia bekerja di luar rumah. Dari semenjak ia mem...
Ini satu “ puzzle ” kisah gue lagi yang gue rangkum dalam susunan huruf menjadi makna-makna. Dari kisah ini, semoga pembaca bisa mengambil pelajaran berharga –kalau ada–, nantinya. Gue dan dua orang teman gue (sebut saja Aliando ‘Cungkring’ dan Dude ‘Nino’ ) , ibarat pinang dibelah tiga, cuma gue kebagian menjadi potongan yang paling kecil sehingga selalu kelihatan macam orang yang hokinya kurang. Bahkan, sampai urusan bersaing untuk mendapatkan hati perempuan idaman, gue selalu di belakang, ketinggalan jauh sama teknik mereka berdua. Meski begitu, sebagai kawan akrab, untuk urusan mendapatkan hati perempuan nggak bikin keakraban kita jadi renggang. Gue yang sempat merantau di Surabaya ‘ketimuran’, sedang Cungkring yang Tegal ngapak, juga Nino yang Brebes ngapak, banyak mengajarkan filosofi-filosofi hidup “ngapak” ‘ketengahan’ kepada gue. Sedangkan, gue sendiri sebenarnya ‘kebaratan’ yang sempat ‘ketimuran’ dan akhirnya mendapat polesan ‘ketengahan’ dari mereka berdua. Satu co...