Skip to main content

Menulis Seperti Labirin

Anda hobi menulis? Anda hobi membaca? Jika jawabannya “Ya”, maka Anda akan terus membaca artikel saya kali ini. Sebab, antara penulis dan pembaca memiliki satu kesamaan yaitu, membaca.

Seperti kita sudah mengetahui bersama bahwa tujuan dari berbicara dan menulis adalah menyampaikan ide (baik itu ide pokok dan ide turunan dari ide pokoknya) yang terkandung dari tulisan dan perkataan pihak kepada pihak lain.

Pihak ke-1 —>  (tulisan & perkataan) Sarana —>  Pihak ke-2

Jika ide yang terkandung dalam tulisan dan perkataan itu tersampaikan dengan baik –sesuai dengan apa yang diharapkan pihak ke-1– kepada pihak ke-2, maka bisa disimpulkan, tulisan dan/atau perkataan itu sukses dengan baik, dipahami;  dimengerti oleh pihak ke-2.

Saya akan beri contoh sederhana kalimatnya –yang bisa ditulis atau diucapkan– sebagai berikut:

“Nak, tolong belikan Djarum di warung.” kata seorang bapak meminta tolong kepada anaknya.

Jika anak itu berangkat ke warung kemudian pulang dengan membawa jarum, tulisan dan/atau ucapan itu—GAGAL!

Jadi, dibutuhkan rumus 5W (Di mana, Kapan, Apa, Siapa, Mengapa) + 1H (Bagaimana) agar ide bersarana (tulisan dan perkataan) itu dapat berhasil sampai ke tujuan. Pada awalnya, rumus ini biasa digunakan untuk teknik penyajian berita. Tetapi, seiring waktu dalam perjalanannya, rumus ini juga mampu menjadi solusi untuk tulisan dan/atau perkataan di luar kontekstualnya. Bahkan, untuk saya pribadi, saya menambahkan lagi dengan “What if” (Bagaimana jika), yang kali lain akan saya jelaskan di artikel lainnya.

Saya kira, gaya menulis diatas mungkin terlalu kaku, karena itu, gaya menulisnya saya ubah saja, ya, supaya saya nggak ikut-ikutan “kaku”, hehehe.

Coba deh, pembaca simak kalimat-kalimat ini:

Baiklah, pada sesi  pertemuan kali ini, saya akan mewacanakan kepada anda sebuah manfaat dari breastfiding kepada ibuibu semua agar supaya bayi anda menjadi sehat mengapa begitu, ibuibu? Karena ibuibu akan menghemat pengeluaran anggaran pembiayaan anda dalam rumah tangga

Catatan: Beberapa kalimat diatas dikatakan oleh seorang penyuluh ASI (Air Susu Ibu) kepada para ibu yang tinggal di desa. Dan ini sekadar contoh.

Pembaca bisa menilai, kan?

Inilah yang saya maksud menulis seperti labirin, atau berbicara seperti labirin. Bikin puyeng orang yang membaca atau orang yang mendengarkannya. Hehehe.

Jadi, gimana dong supaya kita berbicara atau menulis nggak bikin puyeng orang yang mendengar atau membacanya? Jawabannya: Lugas! Dan, untuk bisa berhasil mencapai kata “lugas” ini, dibutuhkan latihan juga membiasakan menggunakan rumus 5W + 1H diatas.

Selain itu, khususnya buat para penulis pemula juga seperti saya, sebuah tulisan akan menjadi lebih mudah dipahami para pembacanya apabila gaya penyampaian tulisannya selaras dengan ide, baik tata bahasanya, menggunakan kosakata yang pas.

Satu lagi contoh, kalau judul artikel saya ini dihapus kata “seperti”-nya. Hasilnya? Labirin bingiiits! Buyar semua deh ide tulisan gua! Ha-ha-ha-ha.

Comments

  1. Yes, gua hobi menulis dan membaca, jadi bisa dipastikan gua akan membaca artikel ini sampai habis hehe.

    Bener bro, tujuan dari berbicara dan menulis adalah menyampaikan ide, sekecil dan sebesar apapun ide itu. Contoh tentang seorang Bapak yang minta tolong ke anaknya untuk beliin "rokok Djarum" itu pas banget. Banyak lho kejadian yang runyam gara-gara si penyampai ide tidak selaras dengan si penerima ide.

    Apalagi untuk sebuah tulisan yang dibaca publik, jelas harus bisa mengkonversikan ide di pikiran ke dalam bahasa yang bisa dipahami pembaca. Duh, dan ini yang selalu bikin gua cemas, apakah tulisan gua di blog bisa dipahami oleh pembaca apa ngga haha. Jangan-jangan gua menulis seperti labirin, lagi :p

    Gua suka kalimat ini: "Sebuah tulisan akan menjadi lebih mudah dipahami para pembacanya apabila gaya penyampaian tulisannya selaras dengan ide, baik tata bahasanya, menggunakan kosakata yang pas."

    Kalo judul artikel lo diganti jadi "Menulis Labirin", benak gua malah langsung ngebayangin isi artikelnya jadi tentang labirin, atau "labirin dalam pikiran" haha. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gile lu ye, Lama amat baru nunghul @-)
      Gue udah komen di blog lu, e, e lu malah ngomen dimari [-( ckckckck ...
      Thanks Bay, udah mampir yak :)

      Delete

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan berikut berkomentarnya kamu.

Popular posts from this blog

Suatu Pekerjaan jika di Awali dari Hobi Biasanya Akan Berlanjut Menjadi Profesi

Cukur Asgar Pernah potong rambut? Pasti jawabannya,”Pernah.” Bahkan buat kaum lelaki, potong rambut adalah suatu hal yang rutin. Dimana biasanya kita memilih tempat untuk potong rambut? Biasanya para wanita lebih memilih salon daripada potong rambut ‘Asgar’. Hehehe. Nah, tulisan ini membahas sekitar potong rambut ala ‘Asgar’. Utamanya membahas seputar si tukang potong rambutnya. Ide menulis tema ‘Asgar’ ini Saya dapat dari obrolan ringan antara Saya dan seorang tukang potong rambut ‘Asgar’.

Rahim Sang Penulis

Hmmm, masih saja saya hadir di sini bertemakan tulisan artikel tentang, menulis, menulis dan ... menulis. Kenapa? Ya saja juga nggak bisa jawab! Begini, mmmm, sebentar, sebentar ... Maaf, barusan saya gosok-gosok hidung saya dulu karena gatal. (mungkin mau flu ya?). Begini, pembaca mungkin pernah memperhatikan tulisan anak-anak, atau mungkin dulu waktu kita masih sekolah ditingkat SD, tulisan kita pernah dikomentari, "Aduh, tulisan kamu bagus ya Nak." atau, "Yah Nak, tulisan kamu kok jelek ya, belajar nulis lagi ya Nak, biar bagus tulisan kamu." Sayangnya tulisan saya dari zaman SD sampai sekarang dikomentari dengan komentar mirip dengan komentar kedua. Mungkin anak-anak zaman sekarang juga masih mendapat salah satu di antara dua komentar barusan diatas. Ternyata, itu semua hanya sekadar tulisan.

Tidak Berselingkuh Terhadap Diri Sendiri

Say No? Ya! Say No!!! Ya, terlintas begitu saja, malam ini di waktu luang -sambil mendengarkan lagu favorit- saya ingin menulis, mengembangkan dari satu kata selingkuh menjadi beberapa paragraf kalimat di bawah ini. Awam dikenal bahwa kata selingkuh ini selalu berkaitan dengan hubungan lelaki-perempuan dan maklum-lah sehingga menjadikan kata selingkuh selalu melekat -jika- dua pihak itu yang berbuat.