Skip to main content

Cinta, Kutemukan Kamu

Cinta.
Kamu tahu?
Mengembara aku mencari.
Menyigi setiap depa bumi.

Meskipun hanya bayang, cinta.
Pelak aku tengok.
Mencari kamu.
Cinta.

Cinta.
Kamu tahu?
Mengembara aku mencari.
Menyigi setiap depa bumi.

Pada siang dan berpeluh.
Mencari kamu, cinta.
Menuai cita.
Harapan.

Cinta.
Kamu tahu?
Mengembara aku mencari.
Menyigi setiap depa bumi.

Pada malam sepi temaram.
Suluh asa ditangan.
Sementara hati.
Mencari.
Cinta.


Di sepertiga waktu cemburuku membuncah, me-merah wajah menahan getir perih sayatan dengki.
Sebab kamu? Cinta ...
ternyata bukan!
Cinta yang kukenal tak menghadirkan dengki.
Cinta yang kukenal menghadirkan ketulusan.
Cinta yang kukenal tak menghadirkan benci.
Cinta yang kukenal menghadirkan keindahan.


Cinta.
Kutemukan kamu.
Di salah satu sudut.
Bilik hati, sendiri, tertunduk.

Malu-malu wajah merahmu menengadah.
Tersenyum penuh air mata.
Sejenak berhenti.
Berdetak.

Hati.
Menatap cahaya.
Wajah kamu kuseka.
Tersisa cahaya dan senyuman.

Kudekap erat cahayamu, cinta.
Lekat di dada kiriku.
Tak kulepas.
Kamu.
Cinta.



Sejatinya, adalah benih sudah dahulu ditanam oleh Sang Pujangga Alam Semesta Raya.
Maka ...
sirami ia dengan ilmu.
Tangkal ia dari hama nafsu perusak.
Tumbuh suburkan ia dengan ke-elokan watak.
Lalu ...
cintailah ia dengan cinta.


Cinta.
Kutemukan kamu.
Di salah satu sudut.
Bilik hati, sendiri, tertunduk.





Ttd

Rangga #Gadungan

Comments

Popular posts from this blog

Suatu Pekerjaan jika di Awali dari Hobi Biasanya Akan Berlanjut Menjadi Profesi

Cukur Asgar Pernah potong rambut? Pasti jawabannya,”Pernah.” Bahkan buat kaum lelaki, potong rambut adalah suatu hal yang rutin. Dimana biasanya kita memilih tempat untuk potong rambut? Biasanya para wanita lebih memilih salon daripada potong rambut ‘Asgar’. Hehehe. Nah, tulisan ini membahas sekitar potong rambut ala ‘Asgar’. Utamanya membahas seputar si tukang potong rambutnya. Ide menulis tema ‘Asgar’ ini Saya dapat dari obrolan ringan antara Saya dan seorang tukang potong rambut ‘Asgar’.

Rahim Sang Penulis

Hmmm, masih saja saya hadir di sini bertemakan tulisan artikel tentang, menulis, menulis dan ... menulis. Kenapa? Ya saja juga nggak bisa jawab! Begini, mmmm, sebentar, sebentar ... Maaf, barusan saya gosok-gosok hidung saya dulu karena gatal. (mungkin mau flu ya?). Begini, pembaca mungkin pernah memperhatikan tulisan anak-anak, atau mungkin dulu waktu kita masih sekolah ditingkat SD, tulisan kita pernah dikomentari, "Aduh, tulisan kamu bagus ya Nak." atau, "Yah Nak, tulisan kamu kok jelek ya, belajar nulis lagi ya Nak, biar bagus tulisan kamu." Sayangnya tulisan saya dari zaman SD sampai sekarang dikomentari dengan komentar mirip dengan komentar kedua. Mungkin anak-anak zaman sekarang juga masih mendapat salah satu di antara dua komentar barusan diatas. Ternyata, itu semua hanya sekadar tulisan.

Tidak Berselingkuh Terhadap Diri Sendiri

Say No? Ya! Say No!!! Ya, terlintas begitu saja, malam ini di waktu luang -sambil mendengarkan lagu favorit- saya ingin menulis, mengembangkan dari satu kata selingkuh menjadi beberapa paragraf kalimat di bawah ini. Awam dikenal bahwa kata selingkuh ini selalu berkaitan dengan hubungan lelaki-perempuan dan maklum-lah sehingga menjadikan kata selingkuh selalu melekat -jika- dua pihak itu yang berbuat.