Cahaya, Ada Apa dengan-Mu?

"Aku melihat diriku seperti kanvas...
Mungkin aku bukan warna favorite-mu, tapi yakin suatu saat kau membutuhkanku untuk menyelesaikan lukisanmu."

Cahaya, ada apa denganmu?

Sejenak, serak suaramu terdengar.
Terdengar mengalir bercerita.
Adakalanya suaramu terbata-bata.
Tertahan oleh helaan bebanmu.

Hingga pada satu detak detik.
Lidahku melontarkan kata hatiku keluar.
Jeda kemudian bulir air mataku menemaninya.
Bersama isak terucap istighfar.
Hening sejenak.

Ternyata isak-ku tidak sendiri.
Hanya kamu, Cahaya.
Isakmu menemani isak-ku.
Dan ... aku tahu kamu sering terisak.
Terisak sendiri tanpa ada yang menemani.


Ah!!!
Aku benci air mata.
Aku benci mengapa air mata harus keluar dan menetes di pipi perempuan seperti kamu.
Perempuan yang rela berkorban dan berjuang demi kerinduanmu menggapai kedamaian.

Kerinduanmu adalah rindu yang sederhana.
Tapi semua menjadi rumit sebab satu alasan dengki dan ke-tidak percaya-an!

Rinduku sederhana.
Hanya berkalungkan keyakinan akan pertemuan.
Dan ...
rindumu sederhana.
Hanya berkalungkan keyakinan akan pertemuan tanpa adanya perpisahan ... lagi.


Catatan:
Inspirasi ini berasal dari sang pemilik tulisan di dalam tanda kutip diatas.
Semoga cahaya kedamaian hati yang kamu rindukan, jelas nyata, suatu saat kelak.

Comments

Pos Populer