Skip to main content

Tersendiri dalam Hiruk Pikuk Keramaian

Tersendiri di dalam hiruk pikuk keramaian.
Tersendiri di dalam dimensi waktu di mana aku terpenjara di dalamnya.
Tersendiri di dalam dimensi materi yang membatasi langkah pikiran.
Tersendiri di dalam diri yang menginginkan kedamaian yang hakiki.

Bagai tinggal menetap di dalam rumah yang berpenghuni namun tersekat oleh kamar-kamar.
Terdengar ramai di telinga kebisingan aktivitas para penghuni rumah, tapi tak ditemukan harmoni.
Keramaian yang semu, kebisingan yang hening.
Tak ditemukan kedamaian, kesejukan, harmoni dari para penghuni rumah.

Ramai orang-orang melintas di keramaian namun yang ku rasa ke-tersendirian.
Tak lah kurasa damai dalam keramaian. 
Hanya bising yang kudengar.

Ingin aku menetap tinggal di pinggir pulau berpantai
Dimana hening adalah hening, ramai adalah ramai.
Bukan ramai dan hening yang sekedar kata-kata tak bermakna.

Ingin aku menetap tinggal di pinggir pulau berpantai.
Duduk di pinggir pantai mendengar kebisingan debur ombak berharmoni.
Menunggu malam datang menyapa dengan keheningannya yang membawa damai.
Hingga kemudian pagi datang menyapa bersama mentari mengusap lembut kulitku dengan hangat dan dinginnya yang ramah dan khas.
Aaah, aku terbangun dengan senyuman.
Bilakah itu terjadi?
Logo Blog Rbd Ungaran



Comments

Popular posts from this blog

Suatu Pekerjaan jika di Awali dari Hobi Biasanya Akan Berlanjut Menjadi Profesi

Cukur Asgar Pernah potong rambut? Pasti jawabannya,”Pernah.” Bahkan buat kaum lelaki, potong rambut adalah suatu hal yang rutin. Dimana biasanya kita memilih tempat untuk potong rambut? Biasanya para wanita lebih memilih salon daripada potong rambut ‘Asgar’. Hehehe. Nah, tulisan ini membahas sekitar potong rambut ala ‘Asgar’. Utamanya membahas seputar si tukang potong rambutnya. Ide menulis tema ‘Asgar’ ini Saya dapat dari obrolan ringan antara Saya dan seorang tukang potong rambut ‘Asgar’.

Rahim Sang Penulis

Hmmm, masih saja saya hadir di sini bertemakan tulisan artikel tentang, menulis, menulis dan ... menulis. Kenapa? Ya saja juga nggak bisa jawab! Begini, mmmm, sebentar, sebentar ... Maaf, barusan saya gosok-gosok hidung saya dulu karena gatal. (mungkin mau flu ya?). Begini, pembaca mungkin pernah memperhatikan tulisan anak-anak, atau mungkin dulu waktu kita masih sekolah ditingkat SD, tulisan kita pernah dikomentari, "Aduh, tulisan kamu bagus ya Nak." atau, "Yah Nak, tulisan kamu kok jelek ya, belajar nulis lagi ya Nak, biar bagus tulisan kamu." Sayangnya tulisan saya dari zaman SD sampai sekarang dikomentari dengan komentar mirip dengan komentar kedua. Mungkin anak-anak zaman sekarang juga masih mendapat salah satu di antara dua komentar barusan diatas. Ternyata, itu semua hanya sekadar tulisan.

Tidak Berselingkuh Terhadap Diri Sendiri

Say No? Ya! Say No!!! Ya, terlintas begitu saja, malam ini di waktu luang -sambil mendengarkan lagu favorit- saya ingin menulis, mengembangkan dari satu kata selingkuh menjadi beberapa paragraf kalimat di bawah ini. Awam dikenal bahwa kata selingkuh ini selalu berkaitan dengan hubungan lelaki-perempuan dan maklum-lah sehingga menjadikan kata selingkuh selalu melekat -jika- dua pihak itu yang berbuat.