Tersendiri dalam Hiruk Pikuk Keramaian

Tersendiri di dalam hiruk pikuk keramaian.
Tersendiri di dalam dimensi waktu di mana aku terpenjara di dalamnya.
Tersendiri di dalam dimensi materi yang membatasi langkah pikiran.
Tersendiri di dalam diri yang menginginkan kedamaian yang hakiki.

Bagai tinggal menetap di dalam rumah yang berpenghuni namun tersekat oleh kamar-kamar.
Terdengar ramai di telinga kebisingan aktivitas para penghuni rumah, tapi tak ditemukan harmoni.
Keramaian yang semu, kebisingan yang hening.
Tak ditemukan kedamaian, kesejukan, harmoni dari para penghuni rumah.

Ramai orang-orang melintas di keramaian namun yang ku rasa ke-tersendirian.
Tak lah kurasa damai dalam keramaian. 
Hanya bising yang kudengar.

Ingin aku menetap tinggal di pinggir pulau berpantai
Dimana hening adalah hening, ramai adalah ramai.
Bukan ramai dan hening yang sekedar kata-kata tak bermakna.

Ingin aku menetap tinggal di pinggir pulau berpantai.
Duduk di pinggir pantai mendengar kebisingan debur ombak berharmoni.
Menunggu malam datang menyapa dengan keheningannya yang membawa damai.
Hingga kemudian pagi datang menyapa bersama mentari mengusap lembut kulitku dengan hangat dan dinginnya yang ramah dan khas.
Aaah, aku terbangun dengan senyuman.
Bilakah itu terjadi?
Logo Blog Rbd Ungaran



Comments

Pos Populer