Skip to main content

Terima Kasih, Guru!

Belajar bahasa Inggris
Sumber: https://4.bp.blogspot.com/
Murid
Sumber : http://i1242.photobucket.com/
Persahabatan adalah jalinan murni tak pandang bulu. - Darimana saya memulainya ya?.... Mmmm, Ya, wanita ini pertama kali saya kenal, dulu, di masa SMA. Awalnya saya tidak terlalu akrab karena saya terhitung murid pindahan. Saya memilih untuk lebih dulu mengakrabi kaum lelaki sekelas daripada "mereka". Hehe, bukan saya bermaksud pilih kasih, tapi itu lebih didasari rasa malu saya saja kepada "mereka". Satu hal yang saya ingat sebab saya memperhatikannya. Apa yang saya perhatikan darinya? Wanita yang semasa SMA duduk bersebelahan -meski tidak semeja- dengan bangku belajar saya ini, tidak pendiam, tidak juga diam jika diajak bicara oleh saya. Dia menjawab seperlunya saja. Teman semejanya ini, mmm...seperti koin, ya seperti koin. Sama-sama wanita, memiliki hobi yang sama, duduk di meja yang sama, meski begitu tetap mereka berada disisinya masing-masing. Terbukti mereka berdua sekarang tidak memiliki satu suami yang sama. Mereka berdua punya hobi bicara dalam bahasa Inggris, sebab itu nilai pelajaran bahasa Inggris mereka berdua tentunya lebih baik dari saya yang lebih mendalami belajar bahasa Sunda. Sayangnya, hasil belajar bahasa Sunda saya tidak dibukukan dalam bentuk raport, sebab zaman saya SMA tidak ada mata pelajaran formal bahasa Sunda. Mau tidak mau saya belajar bahasa Sunda melalui jalur informal seperti belajar bahasa Sunda dengan teman sekelas, belajar cengkok bahasa Sunda dengan tukang cilok, tukang batagor, tukang mie yamin langganan samping SMA. Raport informal bahasa Sunda saya mungkin masih mereka simpan, meski hanya dalam bentuk selembar ingatan saja. Mereka berdua, jika di dalam kelas sering berbicara dalam cengkok grammar bahasa Inggris. Semua itu mereka lakukan karena hobi, suka, maka bagi mereka, berbicara bahasa Inggris dalam kesehariannya adalah suatu hal yang lumrah saja. saya tidak tahu siapa di antara mereka berdua yang "lebih" hobi dalam hal bahasa Inggris. Hanya saja, tarik menarik ego mereka berdua mungkin -mungkin lho ya- menjadikan mereka lebih bersemangat lagi untuk mendalami seluk beluk bahasa Inggris.



Singkat cerita, setelah lulus SMA, berpencarlah masing-masing dari kita. Di antara kami hilang kontak sebab meneruskan pendidikan sesuai cita harapan masing-masing. Masa 10 tahun lebih berlalu, memang sudah jodoh kami bisa bertemu lagi dalam satu acara reuni informal di satu rumah makan. Kami bertemu, bernostalgia tentang masa-masa SMA. Dan banyak perubahan terjadi dalam kurun waktu 10 tahun lebih itu.

Dian Kartika
Dian Kartika
Dian Kartika. Wanita yang saya kenal ini begitu banyak berubah. Dan hanya satu yang tidak berubah. Hobinya dalam bidang bahasa Inggris. Tapi jika dulu itu masih sekadar hobi, sekarang hobi itu bahkan sudah menjadi profesi. Saya yakin, profesinya sekarang ini tidak mudah begitu saja didapatkannya tanpa melalui proses perjuangan. Sang kepompong kini sudah berubah bentuk menjadi kupu-kupu. Dika sepertinya cukup menikmati hobi yang juga adalah profesinya kini. Sekarang dia berprofesi mengajar di LBPP - LIA Cimahi

Ya, Dian kartika bisa dikatakan adalah seorang guru. Dengan profesinya mengajar bahasa Inggris, dia bisa menularkan "virus" hobinya kala zaman SMA dulu kepada murid-muridnya. Saya juga adalah murid dadakan dan mungkin paling tua di antara murid-muridnya yang lain. Meskipun profesi tetap ada imbalan, tetapi apakah ilmu bisa disejajarkan dengan harta ?
Di antara kami tetap bersahabat meski kami jarang berpapasan wajah. Tapi, bagi saya pribadi, persahabatan adalah jalinan murni tanpa pandang bulu.

Masih banyak Dika-Dika lain yang sekarang masih berproses dalam kepompongnya, sebagian baru terbang mengembangkan sayap indahnya, sebagian lagi sudah kembali menelurkan benih-benihnya. Sebagian lagi... sudah menuai hasil dan berpredikat sebagai pahlawan -tanpa tanda jasa-, meski predikat itu hanya disematkan oleh murid-muridnya.

Comments

  1. Saya mengenal author sebagai seorang "fresh meat" yg masuk ke kelas saya dengan kebuasan anak2 nya yang haus akan anak2 baru.... tp seiring berjalan nya waktu, eh.... ternyata sang author jd salah satu sobat deket saya, tidak terhirung berapa banyak malam saya habiskan manginap di rumah neneknya dan rumah orang tua nya.... (tujuan awal sy dekat dengan author karena kebetulan author mahir bermain gitar, drpada diambil orng untuk band mereka mending sy yang ambil buat saya ngeband)....

    Intinya adalah author termasuk tipe orng yang sejalan degan saya pada waktu dulu yg notbene males mandi.... hahahahahahahaha... (tp itu dl)

    Btw tulisan tentang mbak DK masih kurang banyak nih... karena mbak DK merupakan sosok penyemangat bagi murid2 nya dan juga teman2 nya...

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungan berikut berkomentarnya kamu.

Popular posts from this blog

Suatu Pekerjaan jika di Awali dari Hobi Biasanya Akan Berlanjut Menjadi Profesi

Cukur Asgar Pernah potong rambut? Pasti jawabannya,”Pernah.” Bahkan buat kaum lelaki, potong rambut adalah suatu hal yang rutin. Dimana biasanya kita memilih tempat untuk potong rambut? Biasanya para wanita lebih memilih salon daripada potong rambut ‘Asgar’. Hehehe. Nah, tulisan ini membahas sekitar potong rambut ala ‘Asgar’. Utamanya membahas seputar si tukang potong rambutnya. Ide menulis tema ‘Asgar’ ini Saya dapat dari obrolan ringan antara Saya dan seorang tukang potong rambut ‘Asgar’.

Rahim Sang Penulis

Hmmm, masih saja saya hadir di sini bertemakan tulisan artikel tentang, menulis, menulis dan ... menulis. Kenapa? Ya saja juga nggak bisa jawab! Begini, mmmm, sebentar, sebentar ... Maaf, barusan saya gosok-gosok hidung saya dulu karena gatal. (mungkin mau flu ya?). Begini, pembaca mungkin pernah memperhatikan tulisan anak-anak, atau mungkin dulu waktu kita masih sekolah ditingkat SD, tulisan kita pernah dikomentari, "Aduh, tulisan kamu bagus ya Nak." atau, "Yah Nak, tulisan kamu kok jelek ya, belajar nulis lagi ya Nak, biar bagus tulisan kamu." Sayangnya tulisan saya dari zaman SD sampai sekarang dikomentari dengan komentar mirip dengan komentar kedua. Mungkin anak-anak zaman sekarang juga masih mendapat salah satu di antara dua komentar barusan diatas. Ternyata, itu semua hanya sekadar tulisan.

Tidak Berselingkuh Terhadap Diri Sendiri

Say No? Ya! Say No!!! Ya, terlintas begitu saja, malam ini di waktu luang -sambil mendengarkan lagu favorit- saya ingin menulis, mengembangkan dari satu kata selingkuh menjadi beberapa paragraf kalimat di bawah ini. Awam dikenal bahwa kata selingkuh ini selalu berkaitan dengan hubungan lelaki-perempuan dan maklum-lah sehingga menjadikan kata selingkuh selalu melekat -jika- dua pihak itu yang berbuat.