Aku, Pemulung Yang Berkepala Keras!

Ya, itulah aku. Banyak yang bilang kalau aku ini berkepala keras, jika sudah punya keinginan terhadap sesuatu, itu harus, itu bisa, itu berhasil. Memang, beberapa bulan belakangan ini aku memiliki satu keinginan, satu keinginan 10 tahun lalu yang muncul tiba-tiba kembali. Ya, cuma satu. Akibat dari kepalaku yang keras sebab menginginkan yang "satu" itu membuatku mencari, mengais dengan tongkat "penasaran" pemulungku, semua hal-hal yang bisa membantu mewujudkan "satu"-ku, baik itu berupa informasi-informasi, dan lainnya.

Dalam bulan-bulan itu ada satu waktu aku merasa "kram' otak, sebab dari semua yang tongkatku masukan ke dalam keranjang hasil memulung, tidak aku sortir terlebih dahulu. Akibatnya? Kram otak-ku. Relaks-ku sejenak menunggu hilang kram.



Tidak semua informasi itu benar. Terbukti dari semua informasi yang aku cari dan dapatkan ternyata tidak sesuai, bahkan sebagian menipuku. Informasi yang benar kudapatkan hanya beberapa, dan itu pun dari sumber pertama. Sisanya? Informasi itu berkurang makna selaras dengan bertambah atau berkurangnya penyampai menjauh dari sumber informasi yang pertama. Teringat masa kecilku, mengapa orangtuaku datang lebih pagi saat aku pertama masuk sekolah, berusaha mencari bangku bagian depan persis di depan meja guru. Ya, baru aku mengerti sekarang. 

Hilang kram otak-ku. Kembali ku-kais informasi yang kubutuhkan, kudapat, kusortir terlebih dahulu seberapa dekat informasi itu dengan sumbernya, baru kuterapkan. Beberapa informasi dapat kuterapkan, sebagiannya? gagal!! Gagalnya itu bukan sebab informasinya yang salah, tapi lebih kepada salahku menyerap informasi sehingga gagal diterapkan. Masih begitu banyak ternyata, informasi yang perlu aku cari untuk mewujudkan keinginanku yang satu ini. Tapi aku senang, begitu menikmati proses pencarian ini. 

Aku sang pemulung, yang memulung informasi (ilmu) dari sisi-sisi dunia yang pernah kudatangi. Meski begitu, aku tak malu, aku tak minder walau harus memulung dari seorang bocah. Tak pongah meski memberi hasil pulunganku kepada seorang kyai. Selama perjalanan proses mencari ini, kudapati bahwa semakin aku mengetahui tentang sesuatu, semakin aku mengetahui bahwa diriku tidak mengetahui apa-apa. Ilmu tidak berbilang, tak usah kuhitung-hitung berapa yang telah kudapatkan. Aku, pemulung yang berkepala keras. Meski kadang jatuh sakit dalam perjalanan memulungku.
Logo
Logo

Comments

Pos Populer