Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2016

Cahaya, Ada Apa dengan-Mu?

"Aku melihat diriku seperti kanvas... Mungkin aku bukan warna favorite-mu, tapi yakin suatu saat kau membutuhkanku untuk menyelesaikan lukisanmu." Cahaya, ada apa denganmu? Sejenak, serak suaramu terdengar. Terdengar mengalir bercerita. Adakalanya suaramu terbata-bata. Tertahan oleh helaan bebanmu. Hingga pada satu detak detik. Lidahku melontarkan kata hatiku keluar. Jeda kemudian bulir air mataku menemaninya. Bersama isak terucap istighfar. Hening sejenak. Ternyata isak-ku tidak sendiri. Hanya kamu, Cahaya. Isakmu menemani isak-ku. Dan ... aku tahu kamu sering terisak. Terisak sendiri tanpa ada yang menemani. Ah!!! Aku benci air mata. Aku benci mengapa air mata harus keluar dan menetes di pipi perempuan seperti kamu. Perempuan yang rela berkorban dan berjuang demi kerinduanmu menggapai kedamaian. Kerinduanmu adalah rindu yang sederhana. Tapi semua menjadi rumit sebab satu alasan dengki dan ke-tidak percaya-an! Rinduku sederhana. Hanya berkalu...

Cinta, Kutemukan Kamu

Cinta. Kamu tahu? Mengembara aku mencari. Menyigi setiap depa bumi. Meskipun hanya bayang, cinta. Pelak aku tengok. Mencari kamu. Cinta. Cinta. Kamu tahu? Mengembara aku mencari. Menyigi setiap depa bumi. Pada siang dan berpeluh. Mencari kamu, cinta. Menuai cita. Harapan. Cinta. Kamu tahu? Mengembara aku mencari. Menyigi setiap depa bumi. Pada malam sepi temaram. Suluh asa ditangan. Sementara hati. Mencari. Cinta. Di sepertiga waktu cemburuku membuncah, me-merah wajah menahan getir perih sayatan dengki. Sebab kamu? Cinta ... ternyata bukan! Cinta yang kukenal tak menghadirkan dengki. Cinta yang kukenal menghadirkan ketulusan. Cinta yang kukenal tak menghadirkan benci. Cinta yang kukenal menghadirkan keindahan. Cinta. Kutemukan kamu. Di salah satu sudut. Bilik hati, sendiri, tertunduk. Malu-malu wajah merahmu menengadah. Tersenyum penuh air mata. Sejenak berhenti. Berdetak. Hati. Menatap cahaya. Wajah kamu kuseka. Tersisa cahaya dan ...

Sephia Chat

Teman tapi mesra Sungguh... Aku tak mengenalnya. Bahkan aku pun tak tahu. Apakah dia cantik secantik bidadari. Atau ganteng seganteng bidadara. Sungguh... Aku tak mengenalnya. Bahkan... Setelah diperkenalkan pun. Kami berdua tak pernah bersentuhan jemari. Apalagi bersentuhan hati. Selentingan berita yang aku tahu. Sebab namanya, dapat membuat pagi seseorang menjadi begitu bergairah. Berlomba mencapai puncak titian cinta. Mencapai orgasme imaji. Sebab namanya pula, kebingungan membentuk labirin yang berporos pada pusat pikiran mereka. Membuatnya berpikir, bagaimana membuat semua ini berakhir dengan "baik-baik" saja dan tetap indah mengendap. Sebab namanya pula, seseorang merasakan satu penyesalan terlangka di kolong langit, dosa yang diperbuat sambil tersenyum manis madu dikulum. Terbungkus, dipendam dalam palung hati mereka, terpojok dalam ruang tersempit, untuk mencegahnya dapat terucap lisan yang kadang bebal. Sebab namanya pula, sang penyair 'pedagang pa...